itu dengan wajah yang sedih dan orang tua itu berkata “ayo main,. mainlah bersamaku,.” dan anak itu pun menjawab ”Aku bukan lagi kanak-kanak, dan aku tidak lagi bermain dengan engkau..!!! Aku perlu permainan yang lain dan aku perlu uang untuk membelinya” dengan nada yang sedih lalu orang tua itu berkata ”Kalau begitu,. ambillah yang ada padaku dan juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan.” Remaja itu dengan gembiranya menerima pemberian dari ke dua orang tua itu dan melesat pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Orang tua itu merasa sedih. ke esokan harinya remaja itu kembali dengan melihat remaja tersebut ke dua orang tua itu merasa gembira dan berkata kembali ”ayo main,. mainlah bersamaku,.” remaja itu pun menjawab ”Aku tidak ada waktu untuk bermain,. Aku harus bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin berkeluarga seperti engkau. tapi ku tak punya rumah. maukah engkau menolongku?” Tanya anak itu… Orang tua itu pun mejawab “maafkan aku nak,. aku tidak punya rumah. Tetapi kalo mau kau boleh tinggal disini bersamaku,..” Orang tua itu memberikan kamarnya. Lalu remaja yang semakin dewasa itu tinggal dan bermain dengan teman barunya dengan gembiranya. Orang tua itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak lagi bermain dengan ke dau orang tua itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui orang tua itu. Dia telah matang dan dewasa. otang tua itu sekali berkata ”ayo main,. mainlah bersamaku,.” lagi-lagi ia mejawab ”Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berkarir. tapi malangnya, aku tidak punya pena. maukah engkau menolongku?” tanya lelaki itu lagi…. orang tua itu pun dengan lembut menjawab… “Aku tidak punya pena untuk kau bawa. Tetapi kau boleh gunakan pensil ini untuk dijadikan alat tulis. mudah-mudahan kau akan dapat dengan ini,.” Lelaki itu merasa amat gembira dan mulai membawa pensil di berikan kepadanya dan pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin lanjut usia dia adalah anak lelaki yang pernah bermain bersama orang tua, setibanya ditempat orang tua itu berkata dengan nada pilu “maafkan aku. Aku tidak punya apa-apa lagi untuk kuberikan kekamu. Aku sudah memberikan apa yang ada untuk kau jual, rumahku untuk kau tempati, pensil ku untuk kau menulis. Aku hanya tinggal punya tikar untuk ku berbaring…” laki-laki itu pun menjawab. ”Aku tidak ingin yang kau punya kerana aku sudah cukup, aku tidak mau rumahmu kerana aku sudah bergedung, aku tidak mau pensilmu kerana aku punya pena, aku hanya merasa lelah dan ingin istirahat,.” orang tua itu oun berkata “kalau begitu istirahatlah disini,.” kata orang tua itu. Lalu lelaki yang sudah tua itu duduk pangkuan kedua orang tua itu dan beristirahat. ke dua orang tua itu nangis kegembiraan.
Sebenarnya ke dua orang tua yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua bapak ibu kita. kalo kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita lagi susah. Tapi biarpun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. tetapi pernahkan terfikirkan sama kita kalo itu sebenarnya adalah yang terjadi sama generasi saat ini. maka dari itu hargailah jasa bapak ibu kita. Jangan hanya kita harga mereka pada saat menyambut hari ibu dan hari bapak atau bahkan valentain. perhatikan mereka setiap hari seperti mereka memperhatikan kita setiap saat hingga kita mampu berjalan sendiri.